Setelah
kemarin membahas tentang Batuan Sedimen dan Siklus
Sedimentasi, sekarang kita akan membahas
tentang proses pelapukan batuan.
Proses Pelapukan Batuan
Rombakan
batuan oleh proses pelapukan merupakan bagian terpenting dari siklus
pembentukan sedimen dan batuan sedimen. Proses pelapukan dapat berupa proses
fisika, kimia dan biologi. Ke tiga macam proses pelapukan tersebut sangat sulit
dibedakan di lapangan, karena ketiganya kadang terjadi bersama-sama pada suatu
batuan. Meskipun demikian proses kimia merupakan proses yang terpenting.
Pembentukan soil merupakan hasil dari proses pelapukan kimia dan biologi atau
sering disebut proses pelapukan biokimia. Hasil dari proses pelapukan merupakan
sumber utama material pembentuk batuan sedimen. Proses Pelapukan Batuan
Proses Pelapukan Fisika
Proses
pelapukan fisika merupakan proses perubahan batuan menjadi fragmen batuan yang
berukuran lebih kecil, tanpa merubah komposisi kimia atau mineralnya. Proses
pelapukan fisika biasanya terjadi bersama-sama dengan pelapukan kimia, kecuali
pada daerah beriklim dingin dan sangat kering.Yang termasuk proses pelapukan
fisika antara lain frost wedging, pengembangan dan penyusutan, dan
pelepasan beban pada batuan.
Frost
Wedging, disebabkan oleh pembekuan air di
dalam rekahan batuan. Proses ini merupakan proses pelapukan fisika yang
terpenting pada daerah yang iklimnya memungkinkan adanya proses pencairan dan
pembekuan batuan yang berulang-ulang. Volume air akan meningkat sekitar 9%
apabila mengalami pembekuan. Peningkatan volume ini memungkinkan untuk
menjadikan rekahan batuan menjadi lebih besar.
Pengembangan
dan penyusutan, Proses ini sering terjadi pada
daerah yang perbedaan temperatur antara siang dan malam relatif besar. Pada
siang hari, karena panas, batuan akan mengembang, sedang pada malam hari
temperatur turun dan batuan mengalami penyusutan. Proses pengembangan dan
penyusutan yang terjadi berulang kali menyebabkan batuan akan pecah.
Pelepasan
beban. Proses ini terjadi karena adanya
pengikisan lapisan penutup batuan (overburden). Pelepasan beban ini
menyebabkan terjadi rekahan pada batuan yang sejajar dengan topografi. Proses
ini akan membentuk rekahan batuan seperti perlapisan, sehingga sering disebut sheeting.
Proses ini sering terjadi pada batuan yang homogen seperti granit.
Proses pelapukan kimia
Proses
pelapukan kimia adalah proses pelapukan yang dapat merubah komposisi kimia dan
mineral dari batuan. Mineral penyusun batuan akan mengalami perubahan karena
persentuhannya dengan air, oksigen dan karbon dioksida yang terdapat dalam
atmosfer. Beberapa unsur penyusun mineral akan bereaksi dan berubah menjadi
larutan. Larutan tersebut dapat mengkristal kembali dan membentuk mineral
sekunder.
Hidrolisis, merupakan reaksi kimia yang penting antara mineral
silikat dengan air yang menyebabkan terlepasnya kation logam dan silikat.
Mineral yang mengandung aluminium akan menghasilkan mineral lempung selain ion
logam dan silikat. Mineral ortoklas akan menghasilkan kaolinit, sedang albit
akan menghasilkan mineral kaolinit atau montmorilonit.
Hidrasi, adalah proses penambahan molekul air pada mineral untuk
membentuk mineral baru. Contohnya adalah penambahan molekul air pada hematit
yang membentuk gutit, atau pada anhidrit yang membentuk gipsum.
Oksidasi, terutama terjadi pada mineral silikat yang mengandung bes
seperti biotit dan piroksin. Proses ini akan membentuk mineral oksida besi.
Pelarutan, Proses ini terutama terjadi pada mineral yang mudah larut
oleh air yang mengandung CO2 seperti kalsit, dolomit, dan gipsum.
Pertukaran
ion, Proses pelapukan ini sangat
penting pada perubahan jenis mineral lempung menjadi jenis yang berbeda. Proses
ini merupakan pertukaran antara ion-ion di dalam mineral. Contohnya adalah
pertukaran antara ion Na dan Ca yang terdapat dalam mineral.
Chelation, merupakan pengabungan ion logam dengan molekul organik
yang mempunyai struktur cincin.
Kecepatan Proses Pelapukan Kimia
Kecepatan
pelapukan kimia sangat tergantung pada iklim dan komposisi mineral dan ukuran
butir batuan. Proses pelapukan lebih cepat terjadi pada daerah yang beriklim
panas dan basah daripada daerah yang beriklim dingin dan kering. Macam soil
yang terbentuk akibat proses pelapukan kimia juga tergantung pada letaknya
terhadap katulistiwa (Gambar 2.3)
Hasil proses pelapukan
Fragmen
batuan. Soil yang immature,
hasil pelapukan batuan beku, mengandung fragmen batuan, dan mineral yang tidak
stabil seperti biotit, piroksin, hornblende, dan Ca-plagioklas. Sedang soil yang
dewasa (mature), akan mengandung mineral-mineral yang sangat stabil
seperti kuarsa, muskovit dan kemungkinan ortoklas (Tabel 2.3). Stabilitas
mineral terhadap proses pelapukan kimia merupakan kebalikan dari Bowen’s
Reaction Series.
Mineral
sekunder. Mineral sekunder yang terbentuk
oleh proses pelapukan adalah mineral lempung, oksida atau hidroksida
besi, dan aluminium hidroksida. Mineral lempung yang terbentuk pada proses
pelapukan kimia tingkat sedang adalah ilit dan smektit. Sedang pada pelapukan
kimia yang intensif akan terbentuk aluminium hidroksida seperti gibsit. Mineral
ini sering sebagai mineral bijih aluminium (aluminium ores). Mineral
sekunder yang mengandung besi pada umumnya adalah mineral gutit, hematit, dan
limonit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar