Kamis, 27 September 2012
jenis jenis poligon terbuka dan aplikasinya
Poligon Terbuka
Poligon terbuka merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir tidak berhimpit atau tak pada posisi yang sama. Dalam poligon terbuka terbagi menjadi tiga jenis poligon terbuka yaitu:
1. Poligon tebuka terikat sempurna
2. Poligon terbuka terikat sepihak
3. Poligon terbuka tidak terikat
Ø Poligon Terbuka Terikat Sempurna
Merupakan poligon terbuka dengan titik awal dan titik akhir berupa titik tetap.
A, 1, B, T : titik tetap
2,3,..., n : titik yang akan ditentuka koordinatnya
S1, S2,..., Sn : sudut
αA1, αBT : azimuth awal dan azimuth akhir
Syarat yang harus dipenuhi untuk poligon tebuka terikat sempurna:
1. ΣS + f (s) = (αakhir – αawal) + (n-1) x 180° .................... (II.1)
2. Σd Sin α + f(x) = Xakhir - Xawal .............................................. (II.2)
3. Σd Cos α + f(y) = Yakhir - Yawal .............................................. (II.3)
Keterangan:
ΣS : jumlah sudut
Σd : jumlah jarak
α : azimuth
f(s) : kesalahan sudut
f(x) : kesalahan koordinat X
f(y) : kesalahan koordinat Y
Ø Poligon Terbuka terikat Sepihak
Merupakan poligon terbuka yang titik awal atau titik akhirnya berada pada titik yang tetap.
Gambar II.2. Poligon Terbuka Terikat Sepihak
|
Keterangan:
A : titik tetap
1, 2, ..., n : titik yang akan ditentukan koordinatnya
S1, S2, ..., Sn-1 : sudut
αA1 : azimuth awal
Ø Poligon Terbuka tidak Terikat
Merupakan Poligon tanpa titik tetap/ Pada poligon ini tidak dapat dilakukan koreksi dan ada pengikatan titik
Gambar II.3. Poligon Tidak Terikat
|
Keteranga:
1, 2, ..., n : titik yang akan ditentukan koordinatnya
S1, S2, ..., Sn-1 : sudut
αA1 : azimuth awal
Ø Poligon Terbuka Terikat Dua Azimuth
Pada prinsipnya poligon terbuka dua azimuth sama dengan poligon terbuka terikat sepihak hanya saja titik awal dan titik akhir diadakan pengamatan azimuth sehingga koreksi sudutnya sebagai berikut.
ΣS = [(αakhir – αawal) + n] x 180°
Keterangan:
ΣS : jumlah sudut
αakhir : azimut akhir
αawal : azimuth awal
Gambar II.4. Poligon Terbuka Terikat Dua Azimuth
|
Keterangan:
A (XA, YA) : koordinat awal
1, 2, ..., n : titik-titik poligon
S1, S2, ... : sudut
αA1 : azimuth awal
Ø Poligon Terbuka terikat Dua Koordinat
Poligon terbuka terikat dua koordinat merupakan poligon yang titik awal dan titik akhirnya berada pada titik tetap. Pada poligon ini hanya terdapat koreksi jarak sebagai berikut.
Σd Sinα = Xakhir – Xawal
Σd Cos = Yakhir - Yawal
Keterangan:
Σd Sinα dan Σd Cos : jumlah ∆x dan ∆y
Gambar II.5. Poligon Terbuka Terikat Dua Koordinat
|
Keterangan:
A (XA, YA) : koordinat awal
B (XB, YB) : koordinat akhir
DA1, D12,... : jarak pengukuran
S1, S2, ... : sudut
Kamis, 20 September 2012
JENIS JENIS POLIGON DAN APLIKASINYA
Penghitungan Koordinat Poligon Tertutup
Pada gambar di samping ini adalah jenis poligon tertutup yang mempunyai 5 titik detail dan satu titik referensi, perlu di ingat satu titik referensi tidak bisa menentukan arah utara, jadi pada gambar ini untuk penentuan arah utara harus menambahkan satu titik referensi lagi atau dengan cara menggunakan sebuah kompas guna mengetahui pendekatan arah utara (bersifat kasar)
Koreksi sudut
Pada poligon di gambar sudut yang digunakan adalah sudut dalam, dimana sebuah koreksi sudut untuk poligon tertutup adalah sebagai berikut :
Σβ = (n-2)180˚
Untuk poligon tertutup menggunakan sudut luar koreksi sudutnya adalah sebagai berikut
Σβ = (n+2)180˚
dimana
Σβ : Jumlah sudut Horisontal
n : Jumlah titik poligon (Tititk refrensi juga termasuk titik poligon, terkecuali referensi untuk penentu azimuth)
Koreksi linier adalah sebuah koreksi jarak, didalam poligon tertutup titik dimana alat itu mulai berdiri akan berakhir pada titik yang sama, maka koreksi liniernya adalah Koordinat awal harus sama dengan koordinat akhir
Σdsinα = 0
Σdcosα = 0
Σdcosα = 0
Kamis, 13 September 2012
theodolit T0, TM20 ,T6, TL10
sory gan ,,, ane juga ngak tau cara bace rambu ,,, hahahah INI WAJAH2 NYA PADA MIRIP THEODOLIT JUGA ,,, HAHAH :-0
cara pembacaan rambu , piringan horizontal dan verrtikal theodolit
Pembacaan Rambu ukur
Berbagai jenis dan ukuran rambu yang
diproduksi oleh masing-masing produsen alat ukur. Hal yang perlu
diperhatikan dari rambu adalah :
- Skala rambu dalam cm atau mm atau interval jarak pada garis-garis dalam rambu tersebut setiap berapa cm atau berapa mm.
- Skala dari rambu, terutama pada daerah sambungan rambu harus benar.
- Rambu berdiri tepat di atas target, posisi tegak lurus dengan arah bacaan menghadap ke arah theodolit yang sedang membidik.
- Salah satu contoh pembacaan skala pada rambu ukur Keterangan dari gambar :
• bb = 100 cm
• ba = 108 cm
• bt = 104 cm
• sebagai pengecekan : bt = (ba-bb)/2Pembacaan Skala Vertikal dan Skala Horisontal pada Theodolite
Theodolit dalam hal pembacaan lingkaran horisontal dan vertikal dapat dibagi kedalam 5 macam yaitu :
- Indeks garis
- Nonius
- Mikrometer
- Pembacaan ganda (koinsiden)
- Skala digital dan elektronik (pada theodolit digital dan Total Station)
- Pembacaan lingkaran horisontal memiliki 2 mikroskop pembacaan dan 1 mikroskop untuk lingkaran vertikal.
- Pada pembacaan mikroskopnya dua bacaan piringan terlihat menjadi satu pembacaan dengan arah berbalikan.
- Pada mikroskop baca akan nampak garis-garis skala S dan S’ yang berbalikan yang umumnya tidak berimpit. Dengan menggunakan mikrometer garis-garis skala S dan S’ diimpitkan. Besarnya pergeseran dibaca pada mikrometer. Harga bacaan skala merupakan penjumlahan bacaan pada skala S dengan bacaan pada mikrometer.
- Contoh pembacaan skala secara koinsidensi pada piringan horisontal dapat ditunjukkan sebagai berikut :
- Penjelasan :
- Skala utama yang dibaca adalah angka yang nampak tegak (S)
- Cari angka pada skala S dan S’ yang berdekatan dan berselisih 180°. Angka dimaksud adalah 240° dan 60°(terbalik).
- Angka 240° dengan 60° berjarak 2 kala, dimana 1 skala utama harganya 20’, maka pergeserannya adalah 2 x 20’ = 40’.
- Selebihnya dibaca pada mikrometer, yaitu 56”.
Leave a Reply
Kamis, 12 Juli 2012
Minerals
We live in a world of minerals—they are everywhere around us. Gems and jewelry are
minerals. Gravel and sand are minerals. Mud is a mixture of microscopic minerals. Ice is a
mineral, and even dust in the air we breathe is made up of tiny mineral grains. Minerals
sustain our lives and provide continuously for society.The houses in which we live, the automobiles
we drive, as well as the roads and other structures of our society, and almost
everything we touch are made of minerals or material derived from minerals. Indeed, on
average, every person on Earth uses, directly or indirectly, 10 metric tons of minerals each
year.
But the importance of minerals extends far beyond their value as economic deposits.
Minerals are also the substance of Earth’s natural systems.The green and white crystals in
this beautiful photograph are two very different minerals.The lustrous pastel green crystals
are apophyllite and the sparkling white needles are mesolite. Each mineral has distinguishing
properties. Every one of the tiny ice-clear crystals in these radial sprays of mesolite has
much in common with all of the other grains of its mineral species. For example, all grains
of mesolite have the same internal arrangement of atoms and have the same chemical and
physical properties even though individuals may vary greatly in size and shape.The atomicstructure of mesolite creates a natural chemical sieve. Its open structure allows some molecules
and ions dissolved in water to move through the framework of the atoms, but it will
Rabu, 11 Juli 2012
Setelah
kemarin membahas tentang Batuan Sedimen dan Siklus
Sedimentasi, sekarang kita akan membahas
tentang proses pelapukan batuan.
Proses Pelapukan Batuan
Rombakan
batuan oleh proses pelapukan merupakan bagian terpenting dari siklus
pembentukan sedimen dan batuan sedimen. Proses pelapukan dapat berupa proses
fisika, kimia dan biologi. Ke tiga macam proses pelapukan tersebut sangat sulit
dibedakan di lapangan, karena ketiganya kadang terjadi bersama-sama pada suatu
batuan. Meskipun demikian proses kimia merupakan proses yang terpenting.
Pembentukan soil merupakan hasil dari proses pelapukan kimia dan biologi atau
sering disebut proses pelapukan biokimia. Hasil dari proses pelapukan merupakan
sumber utama material pembentuk batuan sedimen. Proses Pelapukan Batuan
Proses Pelapukan Fisika
Proses
pelapukan fisika merupakan proses perubahan batuan menjadi fragmen batuan yang
berukuran lebih kecil, tanpa merubah komposisi kimia atau mineralnya. Proses
pelapukan fisika biasanya terjadi bersama-sama dengan pelapukan kimia, kecuali
pada daerah beriklim dingin dan sangat kering.Yang termasuk proses pelapukan
fisika antara lain frost wedging, pengembangan dan penyusutan, dan
pelepasan beban pada batuan.
Frost
Wedging, disebabkan oleh pembekuan air di
dalam rekahan batuan. Proses ini merupakan proses pelapukan fisika yang
terpenting pada daerah yang iklimnya memungkinkan adanya proses pencairan dan
pembekuan batuan yang berulang-ulang. Volume air akan meningkat sekitar 9%
apabila mengalami pembekuan. Peningkatan volume ini memungkinkan untuk
menjadikan rekahan batuan menjadi lebih besar.
Pengembangan
dan penyusutan, Proses ini sering terjadi pada
daerah yang perbedaan temperatur antara siang dan malam relatif besar. Pada
siang hari, karena panas, batuan akan mengembang, sedang pada malam hari
temperatur turun dan batuan mengalami penyusutan. Proses pengembangan dan
penyusutan yang terjadi berulang kali menyebabkan batuan akan pecah.
Pelepasan
beban. Proses ini terjadi karena adanya
pengikisan lapisan penutup batuan (overburden). Pelepasan beban ini
menyebabkan terjadi rekahan pada batuan yang sejajar dengan topografi. Proses
ini akan membentuk rekahan batuan seperti perlapisan, sehingga sering disebut sheeting.
Proses ini sering terjadi pada batuan yang homogen seperti granit.
Proses pelapukan kimia
Proses
pelapukan kimia adalah proses pelapukan yang dapat merubah komposisi kimia dan
mineral dari batuan. Mineral penyusun batuan akan mengalami perubahan karena
persentuhannya dengan air, oksigen dan karbon dioksida yang terdapat dalam
atmosfer. Beberapa unsur penyusun mineral akan bereaksi dan berubah menjadi
larutan. Larutan tersebut dapat mengkristal kembali dan membentuk mineral
sekunder.
Hidrolisis, merupakan reaksi kimia yang penting antara mineral
silikat dengan air yang menyebabkan terlepasnya kation logam dan silikat.
Mineral yang mengandung aluminium akan menghasilkan mineral lempung selain ion
logam dan silikat. Mineral ortoklas akan menghasilkan kaolinit, sedang albit
akan menghasilkan mineral kaolinit atau montmorilonit.
Hidrasi, adalah proses penambahan molekul air pada mineral untuk
membentuk mineral baru. Contohnya adalah penambahan molekul air pada hematit
yang membentuk gutit, atau pada anhidrit yang membentuk gipsum.
Oksidasi, terutama terjadi pada mineral silikat yang mengandung bes
seperti biotit dan piroksin. Proses ini akan membentuk mineral oksida besi.
Jumat, 22 Juni 2012
pemerian batuan piroklastik
PETROLOGI BATUAN PIROKLASTIK
Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai
batuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan
tiga tipe batuan: beku, metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal
dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu".
· Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan
beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu
lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik.
· Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api
(berasal dari pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali
bersifat klastik.
· Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan
sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung
partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus).
· Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari
batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang
bermula dari batuan sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahan
kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim dari tekanan,
suhu, atau keduanya).
Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan
analisa kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologi
modern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan
kecenderungan dan siklus geokimia dan penggunaan data termodinamika dan
eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan. Petrologi eksperimental
menggunakan perlengkapan tekanan tinggi, suhu tinggi untuk menyelidiki
geokimia dan hubungan fasa dari material alami dan sintetis pada tekanan dan
suhu yang ditinggikan. Percobaan tersebut khususnya berguna utuk menyelidikibatuan pada kerak bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam
perjalanan kepermukaan pada kondisi asli.
Kamis, 07 Juni 2012
situs purbakala sangiran
Sangiran adalah sebuah daerah pedalaman yang terletak di kaki Gunung Lawu, tepatnya di depresi Solo sekitar 17 Km ke arah utara dari Kota Solo dan secara dministatif terletak di wilayah Kabupaten Sragen dan sebagian terletak di Kabupaten Karanganyar, Proponsi Jawa Tengah. Luas wilayahnya+ 56 Km2 yang mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sragen yaitu Kec. Kalijambe, Kec. Gemolong dan Kec. Plupuh serta Kec. Gondangrejo di Kabupaten Karanganyar. Secara astronomi terletak pada 7o 25' - 7o 30' LS dan pada 4o - 7o 05' BT (Moelyadi dan Widiasmoro, 1978).
Kawasan ini banyak sekali menyimpan misteri yang sangat menarik untuk diungkap. Hal ini dikarenakan pada situs tersebut banyak ditemukan sisa-sisa kehidupan masa lampau yang sangat menarik untuk dicermati dan dipelajari. Yang paling menakjubkan, kita bisa mendapatkan informasi lengkap dari sejarah kehidupan manusia purba baik itu mengenai habitat, pola kehidupannya, binatang-binatang yang hidup bersamanya dan proses terjadinya bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang dari 2 juta tahun yang lalu.
Hal yang sangat menarik adalah berdasarkan penelitian bahwa manusia purba jenis Homo erectus yang ditemukan di wilayah Sangiran sekitar lebih dari 100 individu yang mengalami masa evolusi tidak kurang dari 1 juta tahun. Dan ternyata jumlah ini mewakili 65% dari seluruh fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan merupakan 50% dari jumlah fosil sejenis yang ditemukan di dunia.(Widianto,et.al.,1996). Namun tidak hanya itu, kandungan batu yang pernah digunakan oleh manusia purba itu pun sangat banyak, sehingga kita bisa secara jelas mengetahui ataupun mengungkap kehidupan manusia purba beserta budaya yang berkembang saat itu.
Dari hasil penelitian para ahli diperoleh gambaran bahwa Sangiran awalnya merupakan bukit yang dikenal dengan sebutan " KUBAH SANGIRAN" dan kemudian tererosi bagian puncaknya sehingga membentuk sebuah depresi akibat adanya pergerakan dari aliran sungai. Secara stratigrafis situs ini merupakan situs manusia purba terlengkap di Asia yang kehidupannya dapat dilihat secara berurutan tanpa terputus sejak 2juta tahun yang lalu yaitu sejak kala Pliosen Akhir hingga akhir Pleistosen Tengah.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 070/0/1977,tanggal 15 Maret 1977 wilayah Sangiran dan sekitarnya ditetapkan sebagai Daerah Cagar Budaya (Rusmulia Tjiptadi Hidayat,1993). Diperkuat lagi dengan ketetapan yang dikeluarkan oleh komite World Heritage UNESCO pada peringatan yeng ke-20th di Merida,Meksiko yang menetapkan Kawasan Sangiran sebagai Kawasan World Heritage ( Warisan Dunia) No. 593 ( Widianto,H., dan Sadirin.,1996).
situs sangiran
Formasi Kalibeng (Pliosen): merupakan perulangan fasies laut mulai dari napal hingga lempung dekat pantai (nearshore deposits) yang ditutupi oleh lower lava. Beberapa perubahan muka laut (sealevel changes) dapat kita rinci secara baik, dan merupakan cekungan laut terbuka ketika itu. Tektonik termasuk erupsi gunungapi, dan perubahan muka laut dapat direkonstruksi dengan baik. Pendek kata, siklus-sekuen stratigrafi berbasis astrostratigrafi dapat diterapkan. Proses pembentukan formasi tersebut di bawah kendali tektonik, muka laut.
Formasi Pucangan/ Sangiran (Plistosen Bawah): yang terdiri dari lempung hitam hingga abu-abu dengan lapisan tipis pasir yang diikuti oleh lapisan-lapisan moluska dan diatomic. Perubahan muka air danau berkaitan dengan iklim, dan genesa keterkaitannya dengan tektonik dan erupsi gunungapi dapat ungkapkan secara baik. Saya interpretasikan, ketika itu sebagai lingkungan tertutup lacustrine. Pada beberapa tempat antara Musium dan irigasi sangat jelas terlihat perubahan cekungan (basin migration) kedua Formasi tersebut, dan dapat diikut berubahnya base-level terkait dengan tektonik. Formasi ini selanjutnya ditutupi oleh grenzbank. Hasil pengamatan, fasies sedimen tersebut dapat dikategorikan sebagai material rombakan, sementara saya sebut sebagai debris flow deposits. Siklus perubahan iklim hubungannya dengan tektonik, erupsi gunungapi, dan evolusi fauna dapat dipelajari secara baik dan rinci.
Formasi Kabuh/ Bapang (Plistosen Tengah): termasuk cekungan sistem fluvial, dan dapat dibedakan menjadi 7 tubuh pasir fluvial (F.1-F.7) yang mengalami pergeseran dari waktu ke waktu, yang selanjutnya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok (F1-F-3), (F4 dan F5), dan F6/F7. Pengelompokkan berdasarkan setiap tubuh pasir dikontrol oleh efek berubahnya iklim, tektonik dan erupsi gunungapi. F1 hingga F3 (Kabuh Bawah) mengalami pergeseran sedikit dan menempati lokasi-lokasi tertentu, demikian pula halnya dengan F4/F5 (Kabuh Tengah) dan F6 dan F7 (Kabuh Atas). Kontak ketiga grup atau keolompok tubuh batupasir tersebut belum diketemukan, sehingga dapat diinterpertasikan bahwa elevasi ketika dibentuknya F. Kabuh diantaranya telah mengalami perubahan atau pergeseran alur secara berangsur dan mendadak (umum terjadi pada cekungan fluvial di bawah pengaruh tektonik/ synsedimentaty tectonics). Formasi ini ditutupi oleh upper lahar dan Formasi Notopuro berumur Plistosen Atas.
Dari karakter umum tersebut di atas banyak hal-hal yang perlu diungkapkan, diantaranya:
-.Terbentuknya Formasi Kalibeng dan F. Pucangan berindikasikan sebagai tektonik global Plio-Plistosen yang dipengaruhi oleh tektonik regional. Secara global, seharusnya setelah Pliosen atau awal Plistosen hampir semua cekungan yang terbentuk sebelumnya tidak mengalami proses sedimentasi karena muka laut drop dengan kondisi kering disamping pola cekungan yang berbed
|
Minggu, 13 Mei 2012
BAB
I
PETROLOGI
BATUAN METAMORF
Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi
mengenai batuan dan kondisi pembentukannya. Ada empat cabang petrologi,
berkaitan dengan tiga tipe batuan: beku, piroklastik, metamorf, dan sedimen.
Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti
"batu".
·
Petrologi
batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan
seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma).
Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik.
·
Batuan
piroklastik adalah batuan yang terbentuk
dari letusan gunung api (berasal dari pendinginan dan pembekuan magma) namun
seringkali bersifat klastik.
·
Petrologi
batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen (batuan
seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen
terikat dengan matrik atau material lebih halus).
·
Petrologi
batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf
(batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen
atau beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur
dikarenakan kondisi ekstrim dari tekanan, suhu, atau keduanya).
Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi,
petrografi mikroskopis, dan analisa kimia untuk menggambarkan komposisi dan
tekstur batuan. Ahli petrologi modern juga menyertakan prinsip geokimia dan
geofisika dalam penelitan kecenderungan dan siklus geokimia dan penggunaan data
termodinamika dan eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan. Petrologi
eksperimental menggunakan perlengkapan tekanan tinggi, suhu tinggi untuk
menyelidiki geokimia dan hubungan fasa dari material alami dan sintetis pada
tekanan dan suhu yang ditinggikan. Percobaan tersebut khususnya berguna utuk menyelidiki
batuan pada kerak bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam
perjalanan kepermukaan pada kondisi asli.
1. Pengertian
Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari
batuan aslinya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan
suhu (T) dan tekanan (P) yang tinggi. Batuan metamorfosa
disebut juga dengan batuan malihan atau ubahan, demikian pula dengan prosesnya,
proses malihan. Proses metamorfisme atau malihan merupakan perubahan himpunan
mineral dan tekstur batuan, namun dibedakan denag proses diagenesa dan proses
pelapukan yang juga merupakan proses dimana terjadi perubahan. Proses
metamorfosa berlangsung akibat perubahan suhu dan tekanan yang tinggi, diatas
200°C
dan 300 Mpa (mega pascal), dan dalam keadaan padat. Sedangkan proses diagenesa
berlangsung pada suhu dibawah 200°C dan proses pelapukan
pada suhu dan tekanan normal, jauh dibawahnya, dalam lingkungan atmosfir.
Preses metamorfosa dapat didefinisikan sebagai:
”Perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan dalam
keadaan (fasa) padat (solid slate) pada suhu diatas 200°C dan tekanan 300 Mpa”.
Batuan metamorf memerlukan perhatian tersendiri, karena
perubahannya berlangsung dalam keadaan padat. Saat lempeng-lempeng tektonik
bergerak dan fragmen kerak bertabrakan, batuan terkoyak, tetarik (extended),
terlipat, terpanaskan dan berubah dengan cara yang kompleks. Tetapi meskipun
batuan sudah mengalami perubahan dua kali atau lebih, biasanya bekas atau
bentuk batuan semula masih tersimpan, karena perubahannya terjadi dalam keadaan
padat. Padat tidak seperti cair atau gas cenderung untuk menyimpan
peristiwa-peristiwa (events) pengubahannya. Diantara kelompok batuan, batuan
metamorf merupakan yang paling kompleks, tetapi juga paling menarik karena didalamnya
tersimpan semua cerita yang telah terjadi pada kerak bumi.
Langganan:
Postingan (Atom)